Thursday 7 April 2016

Sejarah UIN

Sejarah
1951-1960
Periode Rintisan

Periode ini dimulai dengan Pe
negerian Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia (UII) menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) yang diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 Tanggal 14 Agustus 1950 dan Peresmian PTAIN pada tanggal 26 September 1951. Pada Periode ini, terjadi pula peleburan PTAIN (didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950) dan ADIA (didirikan berdasarkan Penetapan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1957) dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 Tanggal 9 Mei 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan nama Al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. pada periode ini, PTAIN berada di bawah kepemimpinan KHR Moh Adnan (1951-1959) dan Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya (1959-1960)

1960-1972
Periode Peletakan Landasan

Periode ini ditandai dengan Peresmian IAIN pada tanggal 24 Agustus 1960. Pada periode ini, terjadi pemisahan IAIN. Pertama berpusat di Yogyakarta dan kedua, berpusat di Jakarta berdasarkan Keputusan Agama Nomor 49 Tahun 1963 Tanggal 25 Februari 1963. Pada periode ini, IAIN Yogyakarta diberi nama IAIN Sunan Kalijaga berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 1965 Tanggal 1 Juli 1965. Pada periode ini telah dilakukan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, dimulai dengan pemindahan kampus lama (di Jalan Simanjuntak, yang sekarang menjadi gedung MAN 1 Yogyakarta ) ke kampus baru yang jauh lebih luas (di Jalan Marsda Adisucipto Yogyakarta). Sejumlah gedung fakultas dibangun dan di tengah-tengahnya dibangun pula sebuah masjid yang masih berdiri kokoh. Sistem pendidikan yang berlaku pada periode ini masih bersifat 'bebas' karena mahasiswa diberi kesempatan untuk maju ujian setelah mereka benar-benar mempersiapkan diri. Adapun materi kurikulumnya masih mengacu pada kurikulum Timur Tengah (Universitas Al-Azhar, Mesir) yang telah dikembangkan pada masa PTAIN. Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga berada di bawah kepemimpinan Prof. RHA Soenarjo, SH (1960-1972).

1972-1996
Periode Peletakan Landasan Akademik

Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga dipimpin secara berturut-turut oleh Kolonel Drs. H. Bakri Syahid (1972-1976), Prof. H. Zaini Dahlan, MA (selama 2 masa jabatan: 1976-1980 dan 1980-1983), Prof. Dr. HA Mu'in Umar (1983-1992) dan Prof. Dr. Simuh (1992-1996). Pada periodeini, pembangunan sarana prasarana fisik kampus meliputi pembangunan gedung Fakultas Dakwah, Perpustakaan, Program Pascasarjana, dan Rektorat dilanjutkan. Sistem pendidikan yang digunakan pada periode ini mulai bergeser dari 'sistem liberal' ke 'sistem terpimpin' dengan mengintrodusir 'sistem semester semu' dan akhirnya 'sistem kredit semester murni'. Dari segi kurikulum,
IAIN Sunan Kalijaga telah mengalami penyesuaian  yang radikal dengan kebutuhan nasional bangsa  Indonesia. Jumlah fakultas bertambah menjadi 5 (lima); yaitu Fakultas Adab, Dakwah, Syari'ah, Tarbiyah dan Ushuluddin. Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga dibuka pada periode ini, tepatnya pada tahun akademik 1983/1984. Program Pascasarjana ini telah diawali dengan kegiatan-kegiatan akademik dalam bentuk short courses on Islamic studies dengan nama Post Graduate Course (PGC) dan Studi Purna Sarjana (PPS) yang diselenggarakan tanpa pemberian gelar setingkat Master. Untuk itu, pembukaan Program pAscasarjana pada dasawarsa delapan puluhan tersebut telah mengukuhkan fungsi IAIN Sunan Kalijaga sebagai lembaga akademik tingkat tinggi setingkat di atas Program Strata Satu.

1996-2001
Periode Pemantapan Akademik dan Manajemen

Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar (1997-2001). Pada periode ini, upaya peningkatan mutu akademik, khususnya mutu dosen (tenaga edukatif) dan mutu alumni, terus dilanjutkan. Para dosen dalam jumlah yang besar didorong dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi, baik untuk tingkat Magister (S2) maupun Doktor (S3) dalam berbagai disiplin ilmu, baik di dalam maupun di luar negeri. Demikian pula peningkatan sumber daya manusia bagi tenaga administratif dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan pelayanan administrasi akademik. Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga semakin berkonsentrasi untuk meningkatkan orientasi akademiknya dan mengokohkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan tinggi. Jumlah tenaga dosen yang bergelar Doktor dan Guru Besar meningkat disertai dengan peningkatan dalam jumlah koleksi perpustakaan dan sistem layanannya.

2001-2010
Periode Pengembangan Kelembagaan

Periode ini dapat disebut sebagai 'Periode Trasformasi', karena, pada periode ini telah terjadi peristiwa penting dalam perkembangan kelembagaan pendidikan tinggi Islam tertua di tanah air, yaitu Transformasi Institut Agama ISlam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2004 Tanggal 21 Juni 2004. Deklarasi UIN Sunan Kalijaga dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2004. Periode ini di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Amin Abdullah (2001-2005) dengan Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, MA., Ph.D, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum Drs. H. Masyhudi, BBA, M.Si. dan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof. Dr. H. Ismail Lubis, MA (Almarhum) yang kemudian digantikan oleh Dr. Maragustam Siregar, MA.
Pada periode kedua (2006-2010) dari kepemimpinan Prof. Dr. HM. Amin Abdullah telah dibentuk Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama. Dengan ditetapkannya keberadaan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama, maka kepemimpinan UIN Sunan Kalijaga pada periode kedua ini adalah sebagai berikut : PEmbantu Rektor Bidang Akademik, Dr. H. Sukamta, MA, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Tasman Hamami, MA, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Maragustam Siregar, MA, dan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama dijabat oleh Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA.
Perubahan Institut menjadi universitas dilakukan untuk mencanangkan sebuah paradigma baru dalam melihat dan melakukan studi terhadap ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, yaitu paradigma Integrasi interkoneksi. Paradigma ini mensyaratkan adanya upaya untuk mendialogkan secara terbuka dan intensif antara hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah. Dengan paradigma ini, UIN Sunan Kalijaga semakin menegaskan kepeduliannya terhadap perkembangan masyarakat muslim khususnya dan masyarakat umum pada umumnya. Pemaduan dan pengaitan kedua bidang studi yang sebelumnya dipandang secara dimatral berbeda memungkinkan lahirnya pemahaman Islam yang ramah, demokratis, dan menjadi rahmatan lil 'alamin.

2010-2014
Periode Kebersamaan dan Kesejahteraan
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor : B.II/3/16522/2010 Tanggal 6 Desember 2010, Guru Besar Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam diberi tugas tambahan sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta masa jabatan 2010-2014. Periode di bawah kepemimpinan Prof. Dr. H. Musa Asy’arie dibantu oleh empat Pembantu Rektor yaitu:  Pembantu Rektor Bidang Akademik Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag., Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag,. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Dr. H. Ahmad Rifai,. M.Phil., dan Pembantu Rektor Bidang Kerjasama, Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M.A.
Seiring dengan perkembangan jaman dan dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan tinggi, dinilai organisasi tata kerja Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta perlu ditata kembali. Oleh karena itu, Organisasi Tata Kerja Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga mengalami perubahan berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 2013. Sesuai dengan Organisasi Tata Kerja Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang baru, dalam melaksanakan tugasnya, Rektor  dibantu oleh tiga Wakil Rektor yaitu: Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag., Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag.,dan wakil Rektor Bidang Kelembagaan dan Kerja sama Dr. H. Maksudin, MA.

Sumber: Sejarah. Dalam http://uin-suka.ac.id/page/universitas/1-sejarah diakses pada tanggal 7 April Pukul 14.14 WIB


Monday 3 August 2015

Yang ku Rindukan

Sabar dan ikhlas mungkin itu yang harus ku pelajari lebih dalam. Memang tidak mudah, tapi aku terus berfikir tidak mengikuti ego ku, tidak memaksakan oranglain mengikuti apa yang kita mau. Selama ada Allah di hati ku, aku yakin tak kan pernah menderita. 

Bukan aku yang ingin menguasai, bukan aku yang ingin selalu menjadi pemenangnya. Semua itu jauh dari diriku. Aku tidak akan tega, membangun kebahagiaanku sendiri di atas air mata orang lain. Tidak munafik, aku sudah bahagia jika melihat kau lebih bahagia. 

Tidak menjadi masalah, apa nanti yang dikatakan semua orang. Mereka hanya sebatas menilai dari luar. Tak perlu juga menjelaskan sedalam apa kita dulu menjalani waktu bersama. 

Aku tak kan pernah lupa. Kau melukiskan warna yang begitu indah di kertas hidupku, yang tak kan bisa terhapuskan oleh apapun. Kau sosok yang bijak, yang membuatku merasa aman dan tenang dalam keadaan apapun. 

Banyak hal yang senada seiya sekata, yang membuat aku terlalu nyaman kepadamu, hingga aku lupa bahwa semua ini bisa pergi. Aku yang salah, aku terlalu menggantungkan kebahagiaan kepadamu, hingga saatnya kau pergi, kebahagiaan itu juga pergi. 

Banyak waktumu yang kau relakan hanya untuk diriku, jauhnya jarak, dinginnya malam, panasnya siang tak menyurutkanmu hanya untuk membahagiakan diriku. Aku mencintaimu.

Kamu adalah orang yang tetap sejuk walopun sedang di tempat yang panas, kamu adalah orang yang tetap manis walopum sedang di tempat yang pahit, kamu adalah orang yang selalu tenang walopun sedang ada badai yang dasyat. Aku mencintaimu.

Indahnya dirimu, tak kan bisa semuanya ku ungkapkan dalam kata, tapi aku selalu merasakan tentang dirimu. 

Alhamdulillah, aku bersyukur telah dipertemukan kepadamu orang yang lebih dari sempurna. 
Aku mencintaimu. -A-

Saturday 1 August 2015

Akhirnya

Rasanya tidak penting lagi mengingat apa yang sudah aku perjuangkan.
Tak perlu juga mengungkit apa yang sudah aku lakukan. Apa yang kau putuskan adalah apa yang kau pilih. Toh kamu sudah dewasa tidak mungkin memutuskan tanpa pertimbangan yang matang. 

Anggap saja aku tak pernah baik kepadamu, ingat saja keburukanku agar kau mudah melupakanku. Jangan kembali sebelum kau mengerti apa mauku. Semoga dengan menjaga jarak kita mampu memperbaiki diri masing-masing. Aku tak pantas untukmu, jadi jangan bersamaku lagi. Masih ada dia yang mempunyai segalanya. Aku hanya tidak ingin melukai orang lain. Aku tidak mau bersama jika itu hanya membuat derita orang lain. Kalo aku yang terluka jangan kau hiraukan, aku masih mempunyai Allah yang mampu menjadi obat di hatiku.

Untuk kamu yang ku cintai, semoga kau selalu bahagia tanpa hadirnya diriku. Tapi Doaku masih selalu dan tak pernah berhenti menyertai langkahmu. 

Untuk kamu yang ku cintai, kuatlah selalu dalam menghadapi dunia yang keras ini. Aku yakin kau mampu menyelesaikan semua beban. 

Untuk kamu yang ku cintai, terimakasih telah memberi warna dihidupku. Adanya dirimu membuat aku mengerti banyak hal. Adanya dirimu mampu membuat diriku yang lebih baik dari sebelumnya. Terimakasih banyak atas waktu yang tak singkat ini. Terimakasih suka duka yang mampu kita lalui. Terimakasih doa doa indah yang kita panjatkan dalam sujud kita. Terimakasih untuk cinta, sayang, kasih semuanya yang kau berikan kepadaku.
I Love You. ☺

Part 2

Setelah sampai jogja, kita pulang. Di jalan entah kenapa hatiku perih sakit tapi tidak ada masalah apa-apa. Menangislah aku. Sampai di kos kau mengusap airmataku. 
Hari-hari tetap baik, walaupun masih banyak tanda tanya di pikiranku tentang sosial mediamu. Tapi aku mencoba diam dan menerima. Tidak lagi aku protes tentang itu. Kita masih sering jalan. Semakin hari semakin membaik lah pokoknya. Dan aku bahagia karena itu. 

Bulan ramadhan pun tiba. Akhirnya aku bisa menjalani bulan ramadhan di jogja sama kamu. Kita pernah ngabuburit di kota ku. Kau memberiku coklat dan air minum. Alhamdulillah bahagia. :) thanks ya. 
Pernah juga waktu itu kau ajak aku buber on the road bersama kawan-kawan organisasimu. Kau ajak aku, seru pokoknya. Kita jalan-jalan, kita makan sate walopun akhirnya aku kekenyangan dan jadi muntah wkwk. Kau antar aku sampai depan rumah. Alhamdulillah bahagia lagi :) 
Esok harinya kita ketemu lagi, kita jalan-jalan pagi bersama adek mu. Alhamdulillah bahagia bersamamu :) 

Tapi setelah itu terjadi lagi hal yang tidak aku inginkan. Siang menjelang sore aku membuka instagram dan gatau lagi kenapa hatiku berkata menyuruh membuka ig mu. Di situ kau mengupload foto dirinya. Terus maksudnya apa? 
Terjadi lagi pertengkaran, yang tidak kau berikan penjelasan kepadaku. Akhirnya kau juga marah kepadaku, aku salah lagi?
Sampai kau bela dia seolah-olah aku penyebabnya.
Lama tidak berkomunikasi, dan aku sudah terbiasa dengan hal itu. Sedih sakit tapi mau gimana lagi. 
Lebaran h+2 kau baru menghubungiku menceritakan tentang keseruan bersama keluargamu dan kesibukanmu. Hari itu juga aku menangis mendengar suaramu yang aku rindukan. Setelah beberapa hari, aku melihat bahwa kau tidak mengikutiku lagi di twitter. Apa lagi coba salahku? 
Aku disuruhnya menghapus semua tentang kamu di sosmed sudah aku turuti. Tapi dia? Seenaknya saja. 
Walopun begitu kenapa kau selalu bilang kalo aku yang pengen dingertiin aku yang selalu jadi pemenangnya? Atas dasar apa kau bilang itu kepadaku? 
Sekarang kalian sudah lega? 
Selamat. 

(Aku itu siapa? kamu itu siapa? dia itu siapa?)
Cerita ini hanya fiktif belaka :D 

Part 1

Siapapun dirimu...
Kau hanya menghapus goresan maya kita, tapi tidak untuk realita kita.
Siapapun dirimu...
Kau hanya memutuskan hubungan dunia maya kita, tapi tidak untuk hubungan dunia nyata kita.

Waktu itu aku berjalan menuju tempat ruang transit di Bandara. Aku terus kefikiran tentang dirimu yang tak ada kabar selepas kepergianku. Aku berusaha berfikir positif, oh ya mungkin sedang pergi dan tidak ada sinyal atau mungkin belum sempat membeli pulsa. Aku pun mencoba menenangkan diriku dan berharap kau baik-baik saja disana. Aku sudah mencoba menahan diriku agar tidak membuka sosial media karena takut kalo melihat hal-hal yang tak diinginkan. Tapi rasa penasaran ini tinggi dan tidak tahu kenapa hati ini mengatakan "buka sosial mediamu". Aku pun akhirnya membukanya, dan tidak ku duga sama sekali aku melihat profil berandamu sudah ada nama indah yang kau tulis di bio mu. Dan pada hari itu juga pada jam 13.30 dia melakukan interaksi memberikan semangat kepada nama yang indah itu. Aku juga melihat coretan indah dan yang biasa-biasa saja untuk diriku juga dihapus semua. Hatiku pun berkecamuk, sakit, kecewa, muka langsung merah, air mata tak bisa ditahan. Aku sudah menahan diriku agar tidak marah dengan dirimu. Ini di luar logikaku, aku marah-marah lewat sms. Namanya juga lagi emosi. Setelah aku wudlu melakukan sholat azhar waktu itu, aku berdoa dan terus berdoa menangis dalam sujudku. Sempat terlintas di pikiranku kenapa tega seperti ini, kenapa saat aku pergi dia malah jadi begini. Tapi itu hanya fikiranku saja. Aku tidak tau apa yg terjadi kenyataannya. 

Aku kembali ke ruang tunggu transit, aku dzikir biar tenang dan dikuatkan. Aku mulai perlahan menata hati dan pikiran, tujuanku pergi bukan untuk memikirkan dirimu dengan dirinya, bukan untuk hal semacam itu. Aku mencoba berfikir yasudah mungkin aku bukan yang dia mau. 

Seminggu aku pergi, akhirnya aku kembali ke kotaku. Berkecamuk lagi dalam hatiku, aku datang dan kembali nanti suasananya udah beda tapi ya tetap aku harus menjalaninya. Aku kembali dan mengikuti aktifitas lagi di kampus. Jujur aku tidak pernah terlepas dari bayang-bayangmu dan aku selalu kepikiran tentang dirimu. Kecewa, cinta, tapi aku selalu merindukannya. Ingin rasanya jiwa dan raga ini bertemu. Tapi aku selalu melarang apa yang diinginkan hatiku, karna aku sudah melihat apa yang terjadi dan aku harus menjaga menghargai siapa saja yang sekarang singgah di sisimu. 

Pertengkaran terjadi lagi, adu mulut semua hanya ingin di mengerti. Tapi susah bagiku, aku salah apa? Tiba-tiba mendapat surprise seperti ini. Katamu aku harus mengerti dirimu, mengerti yang gimana lagi? Selama ini aku juga sudah menerima segala lebih dan kurangmu, segala tentang dirimu, aku tak pernah menuntut hal yang tinggi-tinggi, inginku hanya pengen dihargai adanya diriku dihidupmu, salah kah itu? Terlalu muluk-muluk kah diriku? Aku tak pernah membatasi kau dekat dengan siapapun, inginku cuma jangan diumbar. Beratkah itu? 

Semua inginku itu tetap tidak pernah kau hiraukan. Kau bilang bukan dirimu yang melakukannya. Lalu siapa? 
Yang ku tau itu kau yang punya. 
Akhirnya kata maaf terucap dari mulutku, karna aku sudah capek berbicara hal yang sama. Dan kau pun juga meminta maaf. 

Hati ini tak bisa meninggalkanmu, selalu luluh dengan kehadiranmu. Hati ini juga selalu gampang memaafkan apa yang telah kau perbuat.
Oke, aku menerima kalo akunmu dibajak. Walaupun aku tidak percaya semua itu.

Setelah itu, kita bertemu lagi, masih dengan keadaan seperti dulu, kita kencan seperti dulu lagi. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 3 hari berturut-turut kita selalu ketemuan. Dan kita pergi ke luar kota. Pas nyampe kota sebelah, aku otak atik hp ku, dan akun twitermu nyala, kamu retwett statusnya. Padahal waktu itu kamu tidak main hp, dan tidak mungkin membuka twitter. Aku mulai paham dan percaya kalo ada orang yg memakai akunmu. Aku tidak membahasnya. Kita jalan-jalan d kota orang berdua ga jelas hehe seneng banget pokoknya. 
Kita balik ke jogja dapet tiket jam 8 malam. Kita nunggu di stasiun lumayan lama. Sesampainya jogja aku membuka twitter lagi. Aku sengaja pgn lihat profilmu, tapi retwett tadi sudah hilang. Aku cuma diam tidak membahas itu.
(Bersambung)

Wednesday 22 July 2015

Pada Akhirnya

Pada akhirnya aku harus menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa aku bukan yang dia mau. Pada akhirnya semua harus berakhir tidak seindah pertemuan awal dulu. Pada akhirnya yang ku perjuangkan harus pergi dari hidupku.
Bukan ini yang ku mau. Tapi apalah aku, aku tak punya kekuatan untuk melawan semua ini. Semua menyudutkan ku harus mengalah. Pada akhirnya, satu dari seribu doaku terkabul, sekarang kau bahagia, walaupun bukan aku yang membuatnya.
Tidak masalah, jika selama ini kau tidak mengerti dalamnya cintaku kepadamu, tidak mengerti tulusnya cintaku kepadamu, karna sikapku tingkahku perjuanganku selama ini sudah cukup menyampaikan bagaimana dalamnya rasa ini kepadamu.
Tidak masalah, jika kau akhirnya pergi demi dirinya. Aku tak pernah membatasi semua itu. Aku sudah pernah bahagia selama ini suka duka menjalani denganmu. Aku juga tidak ingin menjadi pengganggu hubunganmu, karna aku tidak mau dianggap rendahan.
Tapi, ibarat kau pohon, aku daun, dan dia angin. Daun yang jatuh karna angin sudah tidak mungkin kembali lagi di pohon. Daun yang jatuh hanya bisa melihat pohon yang menari-nari karena angin.

cinta iya, benci iya.

Aku baru menyadari bahwa cinta itu hal yang suci di anugerahkan oleh Tuhan.
Cinta bukan hanya soal kata-kata. Bagiku memang benar cinta itu buta, tidak bisa memandang apa-apa. Walau selalu diterpa, dihina disakiti, yang namanya cinta selalu bisa memaafkan. Tolol? Itu di luar logika, karena hati yang berbuat. 
Aku juga baru sadar, kalau hati ini ternyata juga tidak bisa kembali setelah dulu jera disakiti. Ada yang kembali ingin setia, tapi hati tak bisa lagi menerima. Walaupun dulu pernah cinta. 
Memang yang ku inginkan hanya dirimu, tapi bukan untuk saat ini. Aku tidak mau kembali kalo nanti akhirnya kau pergi lagi. Aku sangat benci dengan keadaan dimana aku selalu diatur, dikuasai orang yang tidak ku kenal bahkan kau juga bilang hanya sekali bertemu dengannya. 
Aku marah, aku kecewa dengan tingkahmu kepadaku. Kau bela dia seolah-olah aku penyebabnya, seolah-olah aku yang ingin jadi pemenangnya! Padahal kau dulu juga tau kalo dia yang memulai. Tapi tak apa aku tak memikirkan semua itu. Aku tidak peduli orang itu mau gimana sama aku. Sesuka kalian saja. 
Memang iya orang selalu ingat keburukan oranglain, tanpa memikirkan bahwa orang itu juga pernah baik kepada kita.