Monday 3 August 2015

Yang ku Rindukan

Sabar dan ikhlas mungkin itu yang harus ku pelajari lebih dalam. Memang tidak mudah, tapi aku terus berfikir tidak mengikuti ego ku, tidak memaksakan oranglain mengikuti apa yang kita mau. Selama ada Allah di hati ku, aku yakin tak kan pernah menderita. 

Bukan aku yang ingin menguasai, bukan aku yang ingin selalu menjadi pemenangnya. Semua itu jauh dari diriku. Aku tidak akan tega, membangun kebahagiaanku sendiri di atas air mata orang lain. Tidak munafik, aku sudah bahagia jika melihat kau lebih bahagia. 

Tidak menjadi masalah, apa nanti yang dikatakan semua orang. Mereka hanya sebatas menilai dari luar. Tak perlu juga menjelaskan sedalam apa kita dulu menjalani waktu bersama. 

Aku tak kan pernah lupa. Kau melukiskan warna yang begitu indah di kertas hidupku, yang tak kan bisa terhapuskan oleh apapun. Kau sosok yang bijak, yang membuatku merasa aman dan tenang dalam keadaan apapun. 

Banyak hal yang senada seiya sekata, yang membuat aku terlalu nyaman kepadamu, hingga aku lupa bahwa semua ini bisa pergi. Aku yang salah, aku terlalu menggantungkan kebahagiaan kepadamu, hingga saatnya kau pergi, kebahagiaan itu juga pergi. 

Banyak waktumu yang kau relakan hanya untuk diriku, jauhnya jarak, dinginnya malam, panasnya siang tak menyurutkanmu hanya untuk membahagiakan diriku. Aku mencintaimu.

Kamu adalah orang yang tetap sejuk walopun sedang di tempat yang panas, kamu adalah orang yang tetap manis walopum sedang di tempat yang pahit, kamu adalah orang yang selalu tenang walopun sedang ada badai yang dasyat. Aku mencintaimu.

Indahnya dirimu, tak kan bisa semuanya ku ungkapkan dalam kata, tapi aku selalu merasakan tentang dirimu. 

Alhamdulillah, aku bersyukur telah dipertemukan kepadamu orang yang lebih dari sempurna. 
Aku mencintaimu. -A-

Saturday 1 August 2015

Akhirnya

Rasanya tidak penting lagi mengingat apa yang sudah aku perjuangkan.
Tak perlu juga mengungkit apa yang sudah aku lakukan. Apa yang kau putuskan adalah apa yang kau pilih. Toh kamu sudah dewasa tidak mungkin memutuskan tanpa pertimbangan yang matang. 

Anggap saja aku tak pernah baik kepadamu, ingat saja keburukanku agar kau mudah melupakanku. Jangan kembali sebelum kau mengerti apa mauku. Semoga dengan menjaga jarak kita mampu memperbaiki diri masing-masing. Aku tak pantas untukmu, jadi jangan bersamaku lagi. Masih ada dia yang mempunyai segalanya. Aku hanya tidak ingin melukai orang lain. Aku tidak mau bersama jika itu hanya membuat derita orang lain. Kalo aku yang terluka jangan kau hiraukan, aku masih mempunyai Allah yang mampu menjadi obat di hatiku.

Untuk kamu yang ku cintai, semoga kau selalu bahagia tanpa hadirnya diriku. Tapi Doaku masih selalu dan tak pernah berhenti menyertai langkahmu. 

Untuk kamu yang ku cintai, kuatlah selalu dalam menghadapi dunia yang keras ini. Aku yakin kau mampu menyelesaikan semua beban. 

Untuk kamu yang ku cintai, terimakasih telah memberi warna dihidupku. Adanya dirimu membuat aku mengerti banyak hal. Adanya dirimu mampu membuat diriku yang lebih baik dari sebelumnya. Terimakasih banyak atas waktu yang tak singkat ini. Terimakasih suka duka yang mampu kita lalui. Terimakasih doa doa indah yang kita panjatkan dalam sujud kita. Terimakasih untuk cinta, sayang, kasih semuanya yang kau berikan kepadaku.
I Love You. ☺

Part 2

Setelah sampai jogja, kita pulang. Di jalan entah kenapa hatiku perih sakit tapi tidak ada masalah apa-apa. Menangislah aku. Sampai di kos kau mengusap airmataku. 
Hari-hari tetap baik, walaupun masih banyak tanda tanya di pikiranku tentang sosial mediamu. Tapi aku mencoba diam dan menerima. Tidak lagi aku protes tentang itu. Kita masih sering jalan. Semakin hari semakin membaik lah pokoknya. Dan aku bahagia karena itu. 

Bulan ramadhan pun tiba. Akhirnya aku bisa menjalani bulan ramadhan di jogja sama kamu. Kita pernah ngabuburit di kota ku. Kau memberiku coklat dan air minum. Alhamdulillah bahagia. :) thanks ya. 
Pernah juga waktu itu kau ajak aku buber on the road bersama kawan-kawan organisasimu. Kau ajak aku, seru pokoknya. Kita jalan-jalan, kita makan sate walopun akhirnya aku kekenyangan dan jadi muntah wkwk. Kau antar aku sampai depan rumah. Alhamdulillah bahagia lagi :) 
Esok harinya kita ketemu lagi, kita jalan-jalan pagi bersama adek mu. Alhamdulillah bahagia bersamamu :) 

Tapi setelah itu terjadi lagi hal yang tidak aku inginkan. Siang menjelang sore aku membuka instagram dan gatau lagi kenapa hatiku berkata menyuruh membuka ig mu. Di situ kau mengupload foto dirinya. Terus maksudnya apa? 
Terjadi lagi pertengkaran, yang tidak kau berikan penjelasan kepadaku. Akhirnya kau juga marah kepadaku, aku salah lagi?
Sampai kau bela dia seolah-olah aku penyebabnya.
Lama tidak berkomunikasi, dan aku sudah terbiasa dengan hal itu. Sedih sakit tapi mau gimana lagi. 
Lebaran h+2 kau baru menghubungiku menceritakan tentang keseruan bersama keluargamu dan kesibukanmu. Hari itu juga aku menangis mendengar suaramu yang aku rindukan. Setelah beberapa hari, aku melihat bahwa kau tidak mengikutiku lagi di twitter. Apa lagi coba salahku? 
Aku disuruhnya menghapus semua tentang kamu di sosmed sudah aku turuti. Tapi dia? Seenaknya saja. 
Walopun begitu kenapa kau selalu bilang kalo aku yang pengen dingertiin aku yang selalu jadi pemenangnya? Atas dasar apa kau bilang itu kepadaku? 
Sekarang kalian sudah lega? 
Selamat. 

(Aku itu siapa? kamu itu siapa? dia itu siapa?)
Cerita ini hanya fiktif belaka :D 

Part 1

Siapapun dirimu...
Kau hanya menghapus goresan maya kita, tapi tidak untuk realita kita.
Siapapun dirimu...
Kau hanya memutuskan hubungan dunia maya kita, tapi tidak untuk hubungan dunia nyata kita.

Waktu itu aku berjalan menuju tempat ruang transit di Bandara. Aku terus kefikiran tentang dirimu yang tak ada kabar selepas kepergianku. Aku berusaha berfikir positif, oh ya mungkin sedang pergi dan tidak ada sinyal atau mungkin belum sempat membeli pulsa. Aku pun mencoba menenangkan diriku dan berharap kau baik-baik saja disana. Aku sudah mencoba menahan diriku agar tidak membuka sosial media karena takut kalo melihat hal-hal yang tak diinginkan. Tapi rasa penasaran ini tinggi dan tidak tahu kenapa hati ini mengatakan "buka sosial mediamu". Aku pun akhirnya membukanya, dan tidak ku duga sama sekali aku melihat profil berandamu sudah ada nama indah yang kau tulis di bio mu. Dan pada hari itu juga pada jam 13.30 dia melakukan interaksi memberikan semangat kepada nama yang indah itu. Aku juga melihat coretan indah dan yang biasa-biasa saja untuk diriku juga dihapus semua. Hatiku pun berkecamuk, sakit, kecewa, muka langsung merah, air mata tak bisa ditahan. Aku sudah menahan diriku agar tidak marah dengan dirimu. Ini di luar logikaku, aku marah-marah lewat sms. Namanya juga lagi emosi. Setelah aku wudlu melakukan sholat azhar waktu itu, aku berdoa dan terus berdoa menangis dalam sujudku. Sempat terlintas di pikiranku kenapa tega seperti ini, kenapa saat aku pergi dia malah jadi begini. Tapi itu hanya fikiranku saja. Aku tidak tau apa yg terjadi kenyataannya. 

Aku kembali ke ruang tunggu transit, aku dzikir biar tenang dan dikuatkan. Aku mulai perlahan menata hati dan pikiran, tujuanku pergi bukan untuk memikirkan dirimu dengan dirinya, bukan untuk hal semacam itu. Aku mencoba berfikir yasudah mungkin aku bukan yang dia mau. 

Seminggu aku pergi, akhirnya aku kembali ke kotaku. Berkecamuk lagi dalam hatiku, aku datang dan kembali nanti suasananya udah beda tapi ya tetap aku harus menjalaninya. Aku kembali dan mengikuti aktifitas lagi di kampus. Jujur aku tidak pernah terlepas dari bayang-bayangmu dan aku selalu kepikiran tentang dirimu. Kecewa, cinta, tapi aku selalu merindukannya. Ingin rasanya jiwa dan raga ini bertemu. Tapi aku selalu melarang apa yang diinginkan hatiku, karna aku sudah melihat apa yang terjadi dan aku harus menjaga menghargai siapa saja yang sekarang singgah di sisimu. 

Pertengkaran terjadi lagi, adu mulut semua hanya ingin di mengerti. Tapi susah bagiku, aku salah apa? Tiba-tiba mendapat surprise seperti ini. Katamu aku harus mengerti dirimu, mengerti yang gimana lagi? Selama ini aku juga sudah menerima segala lebih dan kurangmu, segala tentang dirimu, aku tak pernah menuntut hal yang tinggi-tinggi, inginku hanya pengen dihargai adanya diriku dihidupmu, salah kah itu? Terlalu muluk-muluk kah diriku? Aku tak pernah membatasi kau dekat dengan siapapun, inginku cuma jangan diumbar. Beratkah itu? 

Semua inginku itu tetap tidak pernah kau hiraukan. Kau bilang bukan dirimu yang melakukannya. Lalu siapa? 
Yang ku tau itu kau yang punya. 
Akhirnya kata maaf terucap dari mulutku, karna aku sudah capek berbicara hal yang sama. Dan kau pun juga meminta maaf. 

Hati ini tak bisa meninggalkanmu, selalu luluh dengan kehadiranmu. Hati ini juga selalu gampang memaafkan apa yang telah kau perbuat.
Oke, aku menerima kalo akunmu dibajak. Walaupun aku tidak percaya semua itu.

Setelah itu, kita bertemu lagi, masih dengan keadaan seperti dulu, kita kencan seperti dulu lagi. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 3 hari berturut-turut kita selalu ketemuan. Dan kita pergi ke luar kota. Pas nyampe kota sebelah, aku otak atik hp ku, dan akun twitermu nyala, kamu retwett statusnya. Padahal waktu itu kamu tidak main hp, dan tidak mungkin membuka twitter. Aku mulai paham dan percaya kalo ada orang yg memakai akunmu. Aku tidak membahasnya. Kita jalan-jalan d kota orang berdua ga jelas hehe seneng banget pokoknya. 
Kita balik ke jogja dapet tiket jam 8 malam. Kita nunggu di stasiun lumayan lama. Sesampainya jogja aku membuka twitter lagi. Aku sengaja pgn lihat profilmu, tapi retwett tadi sudah hilang. Aku cuma diam tidak membahas itu.
(Bersambung)