Memang, aku bukan dia yang selalu meyakinkanmu dengan
kata-kata indahnya, aku mempunyai cara tersendiri untuk membuktikan bagaimana
jiwa raga ini tulus kepadamu.
Memang, aku bukan dia yang pandai membuatmu bahagia
dengan segala perhatian di setiap hari-harimu, tapi aku tidak pernah mengenal
panasnya siang, dinginnya malam, derasnya hujan, untuk selalu berusaha
membahagiakan kamu.
Aku? Aku hanya orang biasa yang awalnya hanya ingin
mengagumi seorang yang begitu indah dan tinggi. Mungkin aku sudah lupa dengan
mimpi saat pertama itu, “mengenalmu udah bersyukur”, karena aku juga tidak
membayangkan akan menjadi sejauh ini sebelumnya. Ya, aku memang hanya seperti
perahu yang tidak pantas untuk bersandar di dermaga yang indah seperti dirimu.
Masih banyak kapal yang indah, yang pantas bersandar di dermagamu. Aku bukanlah perahu yang ingin bersandar di
dermagamu hanya ketika badai laut menghantam tapi aku ingin menjadi perahu yang setia berlabuh setiap hari di
dermagamu.
Perahu yang bersandar di dermagamu seperti perahuku,
hanya menjadi bahan hinaan dan hujatan kapal-kapal lain yang mewah dan megah. Karena
bagi mereka dia tidak pantas untuk bersandar dan berlabuh di dermagamu. Padahal
perahuku juga terus berusaha mencari hasil laut hanya untuk mencukupi kebutuhan
dermaga mu.
Mungkin dermaga mu hanya merasa kasihan dan tidak enak
hati kepada perahuku, karena hari-harinya selalu ada di dermagamu, padahal perahu
itu juga tahu jika dermagamu hanya menginginkan kapal yang indah di ujung jauh
sana. Dan aku tahu, dermagamu berusaha menarik hati kapal yang jauh di sana
agar singgah di dermagamu.
Tapi tak apa, perahu itu tempatnya bukan di dermaga, ia
lebih pantas bersandar dan berlabuh di pantai yang indah.
pantai wedi ombo?
ReplyDelete